semua penanganan tindak kriminalitas yang terjadi di Tanah Air menjadi tanggung jawab Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Akan tetapi berbagai tindak kejahatan tersebut belum tentu mudah diungkap. Kadang diperlukan usaha ekstra keras dari polisi untuk menangkap tersangka dalam sebuah kasus kejahatan.
Seperti yang dilansir oleh cerpen.co.id(06/02/2019) bukan hal mudah mengungkap kasus kriminal. Itu karena tidak semua kasus kejahatan meninggalkan barang bukti dan saksi.
Oleh karenanya, untuk menungkap kasus tak jarang polisi harus menyamar.
Seorang perwira Satreskrim Polrestabes Bandung, sebut saja Tri, sempat menceritakan pengalamannya memburu penjahat. Tri harus menyamar dan berprofesi sebagai tukang bakso hingga hansip.
"Pernah kalau siang jualan bakso, malam jualan sekoteng. Pernah juga jadi tukang becak, tukang parkir, jadi hansip pernah. Dijalani sampai berminggu-minggu," kata Tri.
Selama menyaru, Tri berinteraksi sebagaimana halnya peran yang ia jalankan. Penyamarannya dilakukan tak jauh-jauh dari tkp sebuah kasus. Tujuan penyamarannya jelas, menggali informasi yang ada, mencari barang bukti dan jika perlu langsung tangkap tersangkanya jika ketemu.
"Karena begini, saksi di lokasi kejadian itu kadang tidak bisa dimintai keterangan jika mengaku sebagai polisi, saksi jadi bungkam atau segan. Untuk menyiasati itu caranya ya kita menyamar saja" ujar Tri.
Pahit getir sebagai intel kepolisian sudah dialami Tri. Akan tetapi dia bangga jika sebuah kasus dapat diungkap melalui penyamarannya.
"?Orang lapangan kalau bisa ungkap kasus itu kepuasan tersendiri, kadang mereka tidak pikirkan hal lain selain ungkap kasus. Meski kadang keluarga jadi nomor sekian, pengeluaran pribadi hingga barang dijual untuk ungkap kasus. Tapi kalau berhasil diungkap, tentu itu hal sangat membanggakan," ujar Tri.