Anda mengenal Soesilo Toer?
Ya, pria berusia 81 tahun itu merupakan adik dari sastrawan kondang, Pramoedya Ananta Toer. Dia berhasil mencapai pendidikan S3 (gelar doktor) di Institut Plekhanov Uni Soviet (sekarang Rusia).
Meski bergelar doktor, Soesilo Toer kini justru menjadi pemulung sampah. Kok bisa? Lalu buat apa gelar S3?
Soesilo Toer lulus S3 pada masa Indonesia memasuki orde baru. Ijazah dia ternyata tidak bisa dimanfaatkan untuk melamar pekerjaan di Indonesia, karena perbedaan sistem (antara Rusia dan Indonesia).
Lebih jauh, pria asal Blora ini dipenjara selama enam tahun karena dianggap anti orde baru.
�Harapan saya waktu mau pulang itu saya sudah tahu, itu 4B, bunuh, bui, buang, bebas. Saya (ternyata) kena bui. Saya nggak takut, karena merasa nggak salah,� kata Soesilo Toer, seperti yang dilansir di kumparan.com (26/01/19).
Selama di penjara, Soesilo Toer menggunakan waktunya dengan kegiatan produktif. Dia banyak menulis buku di sana. Menariknya, dia menggunakan lembaran kertas obat nyamuk untuk meluapkan isi pikirannya tersebut.
Kini, Soesilo Toer sudah menerbitkan 20 buah buku.
Apa alasan Soesilo Toer memilih jadi pemulung?
Soesilo Toer tak ragu sedikitpun menjalani profesinya sebagai pemulung. Dia mengaku sedari kecil memang sudah memiliki hobi memulung. Bahkan saat kuliah di luar negeri, dia pun terbiasa memulung.
�Semua kerja mulia tapi buat saya yang paling mulia adalah jadi pemulung,� kata Soesilo Toer, seperti yang dilansir di kumparan.com (26/02/19).
Soesilo Toer akan memungut benda apapun, asalkan laku dijual. Dia juga memulung sisa-sisa makanan untuk diberikan ke ayam peliharaannya.
�Kalau banyak, nanti ayam-ayamnya bisa pesta,� tegas dia, seperti yang dilansir di kumparan.com (26/02/19).