Pemerintah habis kesabaran dengan OPM. Sejak bergulirnya reformasi, aparat TNI dan Polri kesulitan menindak aksi separatisme karena mereka berlindung di balik HAM. Namun kejadian pembantaian 19 pekerja konstruksi jembatan dari PT Iskara Karya pada 2 Desember 2018, membuat pemerintah mengirim pasukan antigerilya ke Kabupaten Nduka, Papua.
Mereka juga menyerang satu pos keamanan TNI di Distrik Mbua, yang mengakibatkan gugurnya satu personel TNI Angkatan Darat. Menko Polhukam Wiranto mengaku geram atas tindakan keji tersebut. Wiranto meminta Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto untuk mengejar dan menumpas habis tentara Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang disebut Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB).
Sebagaimana diberitakan tribunnews.com dan grid.id (6/12) TNI AD menyikapi permintaan Panglima TNI, 1 kompi Yonif 751 Raider. Pasukan berkekuatan 100 orang ini, memiliki kualifikasi raider adalah pasukan penyerbu dan pembersih yang memiliki kemampuan antigerilya. Mereka adalah pasukan yang terlatih untuk melakukan operasi khusus seperti teknik driil kontak, Infiltrasi atau penyusupan, eksfiltrasi, mobilisasi udara, mahir di medan rawa laut sungai dan pantai, serta penghancuran. Spesialisasi mereka adalah menangkal dan membungkam pasukan gerilya.
Sebagai pasukan Raider Kostrad, sesuai namanya ‘raid’, pasukan Raider memang dibentuk untuk memburu pasukan gerilya lawan hingga tuntas. Mereka menggunakan taktik tempur gerilya (counter guerilla warfare) tapi dalam posisi sebagai pasukan pemburu. Ketika bertempur di hutan secara senyap, pasukan Raider menggunakan senjata khusus yang lebih ringkas dan pendek buatan PT Pindad, senapan serbu SS-1 R5.
Selain memiliki berat yang jauh lebih ringan dibandingkan senapan serbu SS-1, SS-1 R5 juga dilengkapi teleskop bidik untuk memudahkan menembak target. Ketika sedang bertempur setiap pasukan Raider didoktrin tak mengumbar peluru, namun berlaku efisien dan efektif untuk menghajar sasaran. Dalam pertempuran hutan dalam jangka yang lama mereka harus berhemat amunisi dan makanan.
Sebagai pasukan antigerilya yang lebih banyak berada di hutan-hutan lebat, pasukan Raider juga dikenal sebagai pasukan yang bisa tidur nyenyak dalam guyuran hujan lebat meskipun hanya berlindung di bawah selembar matras.
Mereka juga dikenal sebagai pasukan pejalan kaki yang mampu menempuh puluhan kilometer untuk memburu gerilyawan musuh tanpa henti. Untuk melatih fisik mereka, setiap hari mereka lari puluhan kilometer di siang hari agar mampu berjalan ratusan kilometer. Kemampuan pasukan raider dalam menumpas gerilyawan tak perlu diragukan lagi. Merekalah yang diterjunkan selama ini untuk memburu GAM di Aceh dan OPM di Papua.