Awalnya Geram, Akhir Tulisan Tengku Zulkarnaen Soal Miftahul Jannah Bikin Haru


Wasekjend MUI, KH Tengku Zulkarnain mengunggah sebuah tulisan soal diskualifikasi terhadap atlet para judo Indonesia asal Aceh, Miftahul Jannah.

Tulisan Tengku terbilang geram. Galak. Namun di akhir tulisan, satu paragraf seakan oase bagi hati. Membuat pembacanya menangis bangga.

Apa tujuan Asian Para Games? Asian Games untuk para penyandang cacat digelar adalah untuk memberikan perhatian khusus pada mereka yang hidup sebagai manusia kurang sempurna pada fisiknya.

Mereka diberi kesempatan tampil dan unjuk prestasi layaknya manusia yang normal fisiknya, agar harga diri dan percaya diri mereka terjaga. Apresiasi dunia atas para penyandang cacat, "we are equals!", kita berdiri sejajar!

Sayangnya pesta olahraga tingkat Asia bagi penyandang cacat ini menjadi "CACAT" karena ulah panitia yang mendiskualifikasi seorang atlet Judo Indonesia hanya karena beliau memakai jilbab.

Bagi kami, perilaku mereka itu bukan hanya menyakiti hati sang atlet, tapi juga sekaligus menunjukkan kebencian mereka kepada Islam yang setinggi langit di hatinya.

Bayangkan di negara tuan rumah yang populasi penduduknya 88.77% muslim, mereka laku lajak alias over acting melakukan diskriminasi.

Bersalah besarkah orang yang meyakini agamanya? Sehingga mesti disakiti perasaannya, hanya karena meyakini syariat agama Islam yang dipeluknya? Didiskualifikasi?

Andai Bung Karno Kepala Negara saat ini, saya yakin Asian Para Games yang sedang berlangsung sekarang akan dibubarkan dan akan beliau diusir semua panitia Asian Para Games yang laku lajak terhadap syariat Islam dan menyakiti atlet anak bangsa beliau.  Atlet yang justru ingin dinaikkan harga diri dan yakin dirinya agar berdiri tegak setara manusia yang lain.

Saya pun berandai-andai. Andaikan saya pimpinan tertinggi di negeri ini, akan saya bubarkan saja Asian Para Games yang digelar di negara saya saat ini, tapi menghina anak bangsa saya dan syariat agama saya.

Ah, sayang kuasa itu tidak ada pada saya.
Wahai ananda Miftahul Jannah, andai engkau puteriku akan kupeluk engkau dengan rasa bangga ke dadaku. Dan kubisikkan di telingamu, Allah bangga padamu, Nak. Nabi bangga padamu. Dan, aku bapakmu akan berdiri tegak di depan Allah di Hari Kiamat dengan rasa bangga.

Related Posts

Load comments